Pandangan Islam dalam metode pembelajaran.
Konsep belajar dalam
Islam merupakan suatu suatu idea tau gagasan untuk menciptakan manusia yang
baik dan bertakwa yang menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya ,yang
membangun struktur pribadinya sesuai dengan syariah islam serta melaksanakan
segenap aktifitas kesehariannya sebagai wujud ketundukannya pada Tuhan .Dengan
cara menanamkan nilai-nilai fundamental Islam kepada setiap Muslim terlepas
dari disiplin ilmu apapun yang akan dikaji .
Islam sangat menghargai ilmu dan para
ulama .Setiap Muslim dalam pandangan Islam wajib baginya untuk menuntut
ilmu.Kewajiban belajar dalam Islam sudah ditegaskan mulai dari wahyu Al-Qur’an
yang pertamakali diturunkan , Surat Al-Alaq ayat 1-5.
Pandangan yang dikemukakan Barat
sebenarnya bukanlah konsep yang baru ,karena sebelumnya karena Islam telah
menerapkan dasar konsep belajar sepanjang hayat sudah dikenal di tengah dunia
Islam .Bahkan salah satu pepatah arab yang berkembang di dunia Islam
menyebutkan :
أطلب العلم من المهد
الى اللحد
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai liang lahad”
Pepatah di atas
menekankan bahwasanya proses pembelajaran dimulai dari kelahiran manusia sampai
dengan akhir hayatnya .Ini semua karena kehidupan memang menuntut seseorang untuk
terus menambah ilmu pengetahuannya .Dunia ini penuh dengan sunnah Allah dan
hukum alam yang menantang manusia untuk menemukan rahasianya .Sehebat apapun
ilmu seseorang ,dalam pandangan Islam ,apa yang diketahuinya itu masih sangat
sedikit jika dibandingkan dengan ilmu dan pengetahuan Allah , dalam surat
Al-Isra’:85.
وَماَ أُوْتِيْتُمْ
مِنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيْلاً (الإسراء 85)
A.Tujuan, Tugas,
dan Fungsi Metode Pendidikan dalam Perspektif Islam.
Pendidik dalam
proses pendidikan islam tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi
yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai
metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi
mata pelajaran. Hal ini karena metode dan teknik pendidikan islam tidak sama
dengan metode dan teknik pendidikan yang lain.
Tujuan diadakan metode adalah
menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna
dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan
ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar
peserta didik secara mantap. Uraian itu menunjukkan bahwa fungsi metode
pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan
kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha
kerjasama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik.
Disamping itu, dalam uraian tersebut ditunjukkan bahwa fungsi metode pendidikan
adalah memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi
antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.
Tugas utama metode pendidikan islam
adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai
kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui keterangan dan
pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi
yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir. Selain itu, tugas
utama metode tersebut adalah mambuat perubahan dalam sikap dan minat serta
memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam
pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong
kearah perbuatan nyata.
B. Pendekataan
Pembelajaran dalam Tarbiyah Qur’ani
Di
dalam al-Qur’an terdapat ayat-ayat atau contoh-contoh yang dapat digunakan
sebagai acuan atau alternatif dalam memilih pendekatan dalam pembelajaran. Di
antara pendekatan-pendekan tersebut adalah :
1.
Pendekatan Ma’rifi
Pendekatan
ma’rifi merupakan pendekatan yang cenderung menggunakan aspek nalar (
kognitive). Hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan ma’rifi ini di dalam
al-Quran terdapat ayat ayat yang seringkali diikuti oleh redaksi kata yang
menggunakan akar kata aql(ratio; akal) dan juga menggunakan kata
tafakkur(thinking, cogitation; renungan)yang berakar dari kata fikr
(fikrah,nalar) . Dua kata tersebut terdapat perbedaan dalam penggunaannya di
dalam al-Qur’an. Al-Ashfahani menjelaskan bahwa aql adalah suatu potensi yang
dipersiapkan untuk menerima pengetahuan dan untuk mengetahui suatu pengetahuan
yang diperoleh seseorang maka digunakanlah potensi tersebut . Contoh ayat yang
menggunakan redaksi kata aql adalah S.al-Maidah:58 :
وَإِذَا
نَادَيْتُمْ إِلَى
الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا
هُزُوًا وَلَعِبًا
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ
قَوْمٌ لَا
يَعْقِلُون)
“ Dan apabila
kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang, mereka menjadikannya buah
ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka benar-benar kaum
yang tidak mau mempergunakan akal.”
2. Pendekatan Istiqra’i (induksi)
Pendekatan
Istiqra’i adalah pendekatan yang dilakukan dengan meenganalisis secara ilmiah,
dimulai dari hal-hal atau peristiwa yang khusus untuk menentukan hukum yang
bersifat umum. Dalam hal ini al-Qur’an banyak memberikan contoh terhadap
fakta-fakta yang dikumpulkan pada rangkaian ayat guna mengambil kesimpulan.
Salah satu diantara firman Allah Swt. yang dimaksud adalah:
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ(17)وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ(18)وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ(19)وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ(20)فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, (88:17)Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? (88:18)Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (88:19)Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (88:20)Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. (88:21
3.
Pendekatan Istidlali(deduksi)
Pendekatan Istidlali adalah pendekatan
yang dilakukan dengan meenganalisis secara ilmiah, dimulai dari hal-hal atau
peristiwa yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus, atau
kebalikan dari pendekatan istiqra’i. Pendekatan istidlali ini dapat juga di
sebut pendekatan istinbathi. Contoh pendekatan Istidlali seperti dalam
al-Qur’an S. al-Baqarah: 21-22 :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ(21)الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ(22)
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (2:21)Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (2:22)”
4. Pendekatan Wijdaniy (emosi)
Pendekatan Wijdaniy adalah pendekatan
yang dilakukan untuk menggugah daya rasa atau emosi peserta didik agar mampu
meyakini, memahami dan menghayati materi yang disampaikan. Pendekatan ini
seringkali digunakan agar mampu meyakini, memahami dan menghayati agamanya. Di
dalam al-Qur’an pada surat al-Anfaal, 2 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ(2)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (8:2)”
5. Pendekatan Ifrady (individual)
Pendekatan ifrady adalah pendekatan
yang dilakukan untuk memberikan perhatian kepada seseorang ( peserta didik )
dengan memperhatikan masing-masing karakter yang ada pada mereka. Mereka
berprilaku dalam belajar,mengemukakan pendapat,berpakaian, daya serap,
kecerdasan dan sebagainya memiliki karakter yang berbeda-beda. Di dalam
al-Qu’an S. al-Lail: 3-4, dan S. al-Isra’:21
وَمَا
خَلَقَ الذَّكَرَ
وَالْأُنْثَى(3)إِنَّ
سَعْيَكُمْ لَشَتَّى(4)
Dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (92:4)
Dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (92:4)
6.
Pendekatan Ijtima’i ( kelompok )
Manusia adalah makhluk sosial, karena
manusia tidak dapat hidup sendiri, terpisah dari manusia-manusia yang lain.
Manusia senantiasa hidup dalam kelompok-kelompok kecil, seperti kaluarga atau
kelompok yang lebih luas lagi yaitu masyarakat.Pendekatan ijtima’i ini sangat
efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa dalam lingkungannya, baik di
sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan pada
aspek tingkah laku di mana guru hendaklah dapat menanamkan rasa kebersamaan,
dan siswa dapat menyesuaikan diri, baik dalam individu maupun sosialnya.
C.Kesimpulan metode pembelajaran
dalam perspektif Islam.
Belajar tidak mengenal usia, waktu dan
tempat, dimanapun kapanpun kita bisa belajar dari kehidupan ini. Belajar tidak
harus dibangku sekolah atau pendidikan formal serta berizazah, tetapi belajar
bisa dimana saja, dari berbagai sumber yang berisi tentang pengetahuan. Banyak
orang yang belajar ototidak (belajar sendiri) namun mereka lebih berhasil dari
orang-orang yang berpendidikan formal, itu artinya belum tentu orang yang
berpendidikan formal bisa lebih sukses daripada orang yang tidak berpendidikan
formal. Sesungguhnya yang membuat orang menjadi sukses adalah kemampuannya
beradaptasi dengan orang lain, komunikatif, pandai begaul, punya kemauan keras
dan tentunya skil tidak kalah penting.
Pendidikan non formal tidak mengenal
ruang dan waktu, setiap orang bisa belajar kapanpun, orang bisa belajar dari
apa yang dilihatnya, di dengarnya, dirasakannya, dialaminya dan lain
sebagainya. Konsep pendidikan sepajang hayat pada pendidikan non formal lebih
luas dari yang lainnya. Pendidikan non formal ini bisa dilakukan seperti
kelompok belajar, organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau
ditempat–tempat pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Oleh sebab itu sudah
seharusnya setiap orang harus terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya
sampai ajal menjemputnya. Karena ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap
orang walaupun bagi orang yang sudah berusia lanjut sekalipun. Dalam islam
dikatakan Allah akan mengangkat orang–orang yang berilmu dan beriman beberapa
derajat, itu artinya betapa Allah menghargai orang yang berilmu karena dengan
ilmu pula orang akan lebih mampu mengenal Allah dan lebih banyak mendekatkan
diri padanya dengan ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar